Jakarta, 20 Juli 2025 – Di tengah keterbatasan akses pendidikan di desa terpencil, seorang gadis muda asal Yogyakarta, Rizky Pratama (24 tahun), berhasil mendirikan “Perpustakaan Pelita Desa” di Kabupaten Kulon Progo. Melalui inisiatif ini, Rizky memberikan akses literasi gratis bagi anak-anak desa yang sebelumnya kesulitan mendapatkan bahan bacaan. pesonalokal.id
Latar Belakang dan Proses Pendirian
Selama pandemi, Rizky kembali ke kampung halamannya dan menyadari bahwa anak-anak di sana tidak memiliki tempat membaca yang memadai. Buku pelajaran pun sangat terbatas, hanya tersedia di sekolah. Untuk mengatasi hal ini, Rizky mengumpulkan buku-buku dari kerabat, teman kampus, dan komunitas literasi di Yogyakarta. Ia kemudian merenovasi lumbung tua milik kakeknya menjadi sebuah ruang baca sederhana dengan bantuan gotong royong dari pemuda desa. Perpustakaan ini resmi dibuka pada pertengahan 2023 dan langsung menarik perhatian warga. Anak-anak mulai menghabiskan waktu di sana, bahkan ada yang rela berjalan kaki sejauh 3 kilometer hanya untuk membaca. pesonalokal.id+1amalsholeh.com+1
Program dan Dampak Positif
Selain menyediakan koleksi buku yang beragam, Rizky juga menginisiasi kelas belajar gratis setiap akhir pekan, mengajak relawan mahasiswa untuk mengajar matematika, membaca, hingga Bahasa Inggris. Ada juga sesi mendongeng setiap Jumat sore yang menjadi favorit anak-anak. Melalui perpustakaan ini, Rizky berharap anak-anak desa dapat bermimpi besar dan mengenal dunia luar melalui buku. pesonalokal.id
Tantangan dan Dukungan
Perjalanan membangun perpustakaan ini tidak mudah. Rizky sempat kesulitan mengumpulkan dana dan buku. Infrastruktur desa yang terbatas juga menjadi kendala, apalagi saat musim hujan datang, atap perpustakaan sering bocor. Namun, dukungan perlahan datang. Sebuah komunitas literasi nasional memberikan bantuan rak dan buku tambahan. Bahkan, ada tokoh masyarakat yang menyumbangkan genset untuk memastikan penerangan tetap menyala saat malam. pesonalokal.id
Penyebaran Gerakan Literasi
Kini, gerakan Rizky mulai menyebar ke desa-desa tetangga. Beberapa pemuda mulai tertarik untuk membangun perpustakaan serupa. Rizky pun membuat panduan sederhana untuk siapa saja yang ingin memulai. Ia percaya bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil. “Kalau semua anak muda bisa sumbang satu buku, atau bantu satu rak, bayangkan dampaknya,” kata Rizky. ANTARA News Kalimantan Timur+2pesonalokal.id+2ResearchGate+2
Kesimpulan
Kisah Rizky Pratama membuktikan bahwa peran generasi muda tidak boleh dipandang sebelah mata. Dengan semangat gotong royong, kepedulian sosial, dan aksi perubahan, mereka mampu mengubah wajah desa. Inisiatif seperti ini bukan hanya soal pendidikan, tetapi juga soal membangun masa depan bangsa yang lebih cerdas dan berdaya.pesonalokal.id