Indonesia menegaskan komitmennya mencapai net zero emission pada tahun 2060—atau lebih cepat—setelah mengumumkan tujuan ini pada COP26 2021 dan memasukkannya ke dalam Roadmap Emisi Bersih (NZE) sektor energi yang disusun bersama IEA dan Kementerian ESDM IEAIEA. Roadmap tersebut menjabarkan langkah-langkah untuk menurunkan emisi sektor energi melalui pengurangan penggunaan batubara, peningkatan pangsa energi terbarukan, dan penerapan teknologi bersih hingga 2060 IEA.
Tantangan
-
Ketergantungan pada Batubara
Walaupun pemerintah menargetkan penghapusan total pembangkit listrik batubara sebagai sumber energi primer pada 2030, saat ini lebih dari 60 GW kapasitas PLTU masih tergantung pada batubara—menyumbang lebih dari 50 % emisi sektor listrik nasional CPI. -
Kebutuhan Investasi Besar
IEA memperkirakan bahwa dibutuhkan investasi kumulatif hingga 1 triliun USD pada dekade berikutnya untuk membiayai transisi energi, termasuk pembangunan pembangkit terbarukan, jaringan transmisi, dan sistem penyimpanan energi IEA. -
Pengembangan Infrastruktur Jaringan
Perluasan kapasitas transmisi hijau—termasuk rencana jalur transmisi sepanjang 70.000 km—mensyaratkan modernisasi jaringan listrik nasional agar mampu menyalurkan energi terbarukan dari daerah sumber (seperti Sulawesi, Kalimantan, dan Nusa Tenggara) ke pusat-pusat beban Reuters.
Peluang
-
Ekspansi Energi Terbarukan
Pemerintah menargetkan penambahan kapasitas 75 GW pembangkit terbarukan dalam 15 tahun ke depan, meliputi tenaga surya, air, panas bumi, dan potensi baru seperti nuklir, untuk mencapai pangsa terbarukan 87 % pada 2060 Reuters. -
Dana Ekonomi Hijau
Rencana pembentukan Green Fund senilai 65 miliar USD melalui penjualan kredit karbon dan investasi internasional akan menjadi sumber pembiayaan alternatif, mendukung proyek reforestasi dan konservasi lahan gambut yang juga menyerap emisi karbon Reuters. -
Inovasi Teknologi Bersih
Adopsi teknologi penyimpanan energi (battery storage), hidrogen hijau, dan smart grid membuka peluang efisiensi dan fleksibilitas sistem kelistrikan, mempercepat integrasi pembangkit variabel seperti surya dan angin IEA.
Strategi dan Kebijakan
-
Penghapusan Subsidi Fosil: Pengalihan subsidi BBM dan listrik berbasis bahan bakar fosil ke insentif untuk energi baru dan terbarukan (EBT) memperbaiki sinyal pasar dan mendorong investasi hijau IEA.
-
Kemitraan Internasional: Just Energy Transition Partnership (JETP) yang dijajaki Indonesia ditargetkan menyediakan 20 miliar USD pembiayaan lunak dari G7, meski realisasinya masih perlu diperkuat Reuters.
-
Regulasi dan Sertifikasi: Percepatan penerbitan Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri ESDM untuk implementasi tarif FiT (Feed-in Tariff), sertifikasi proyek karbon, dan standar efisiensi energi wajib bagi industri padat energi.
Kesimpulan
Transformasi energi menuju net zero emission 2060 menuntut sinergi kebijakan fiskal, investasi teknologi, dan kolaborasi multi-pihak. Dengan komitmen kuat untuk mengurangi ketergantungan batubara, mempercepat perluasan energi terbarukan, dan membangun infrastruktur pintar, Indonesia dapat mewujudkan ekonomi hijau yang inklusif dan berkelanjutan—menjadi contoh transisi energi bagi negara berkembang lainnya.